http://simbiw.blogspot.com/
Simbiyani Nur Afifah
A. Pendahuluan
Perkembangan teknologi informasi beberapa tahun belakangan ini berkembang dengan
kecepatan yang sangat tinggi, sehingga dengan perkembangan ini telah mengubah paradigma
masyarakat dalam mencari dan mendapatkan informasi, yang tidak lagi terbatas pada informasi
surat kabar, audio visual dan elektronik, tetapi juga sumber-sumber informasi lainnya yang salah
satu diantaranya melalui jaringan Internet.
Salah satu bidang yang mendapatkan dampak yang cukup berarti dengan perkembangan
teknologi ini adalah bidang pendidikan, dimana pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses
komunikasi dan informasi dari pendidik kepada peserta didik yang berisi informasi-informasi
pendidikan, yang memiliki unsur-unsur pendidik sebagai sumber informasi, media sebagai sarana
penyajian ide, gagasan dan materi pendidikan serta peserta didik itu sendiri (Oetomo dan
Priyogutomo, 2004), beberapa bagian unsur ini mendapatkan sentuhan media teknologi informasi,
sehingga mencetuskan lahirnya ide tentang e-learning (Utomo, 2001)
e-Learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika,
khususnya perangkat komputer (Soekartawi, 2003). Karena itu e-learning sering disebut juga
dengan on-line course. Dalam berbagai literature e-learning tidak dapat dilepaskan dari jaringan
Internet, karena media ini yang dijadikan sarana untuk penyajian ide dan gagasan pembelajaran.
Namun dalam perkembangannya masih dijumpai kendala dan hambatan untuk mengaplikasikan
sistem e-learning ini, antara lain :
(a) Masih kurangnya kemampuan menggunakan Internet sebagai
sumber pembelajaran
(b) Biaya yang diperlukan masih relativ mahal untuk tahap-tahap awal
(c)Belum memadainya perhatian dari berbagai pihak terhadap pembelajaran melalui Internet dan
(d)Belum memadainya infrastruktur pendukung untuk daerah-daerah tertentu (Soekartawi, 2003).
Selain kendala dan hambatan tersebut di atas, kelemahan lain yang dimiliki oleh sistem elearning
ini yaitu hilangnya nuansa pendidikan yang terjadi antara pendidik dengan peserta didik,
karena yang menjadi unsur utama dalam e-learning adalah pembelajaran.
Maka dengan melihat kelemahan dan kekurangan tersebut, para ahli berusaha menjawab
fenomena ini dengan mengembangkan sistem e-education. Sistem ini telah didiskusikan secara
aktif pada beberapa dekade terakhir ini. Pengembangan sistem e-education ini telah memberi
inspirasi untuk mengembangkan e-media secara optimal guna percepatan pemerataan layanan
pendidikan kepada masyarakat (Oetomo dan Priyogutomo, 2004). Dimana selain masyarakat
memperoleh pendidikan melalui pendidikan formal, juga didukung oleh pendidikan melalui emedia,
sebagai wujud dari pendidikan yang mandiri.
e-Education dengan pemanfaatan e-media, juga ditujukan untuk mengatasi persoalan elearning,
dimana e-media dapat dijadikan alternative terdekat jika tidak ada koneksi ke Internet.
B. Peranan Media Ajar dalam Proses Pembelajaran
Strategi mengajar menurut Muhibbin Syah (2002), didefiniskan sebagai sejumlah langkah
yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Strategi mengajar ini
mecakup beberapa tahapan, seperti :
1. Strategi perumusan sasaran proses belajar mengajar (PBM), yang berkaitan dengan strategi
yang akan digunakan oleh pengajar dalam menentukan pola ajar untuk mencapai sasaran
PBM.
2. Strategi perencanaan proses belajar mengajar, berkaitan dengan langlah-langkah
pelaksanaan mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini termasuk perencanaan
tentang media ajar yang akan digunakan.
3. Strategi pelaksanaan proses balajar mengajar, berhubungan dengan pendekatan sistem
pengajaran yang benar-benar sesuai dengan pokok bahasan materi ajar.
Dalam pelaksanaannya, teknik penggunaan dan pemanfaatan media turut memberikan andil
yang besar dalam menarik perhatian mahasiswa dalam PBM, karena pada dasarnya media
mempunyai dua fungsi utama, yaitu media sebagai alat bantu dan media sebagai sumber belajar
bagi mahasiswa (Djamarah, 2002; 137).
Umar Hamalik (1986), Djamarah (2002) dan Sadiman, dkk (1986), mengelompokkan media
ini berdasarkan jenisnya ke dalam beberapa jenis :
a. Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti tape
recorder.
b. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan dalam wujud visual.
c. Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis
media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, dan media ini dibagi ke dalam dua jenis:
1) audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual diam, seperti film sound
slide.
2) Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar
yang bergerak, seperti film, video cassete dan VCD.
Sementara itu, selain media-media tersebut di atas, di lembaga pendidikan kehadiran
perangkat komputer telah merupakan suatu hal yang harus dikondisikan dan disosialisasikan untuk
menjawab tantangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sisi lain sangat banyak
pengguna jasa dibidang komputer yang mengharapkan dapat membantu mereka baik sebagai tutor,
tutee maupun tools yang belum mampu dipenuhi oleh tenaga yang profesional dibidangnya yang
dihasilkan melalui lembaga pendidikan yang ada. Hal ini juga dikeluhkan oleh para pengajar
terhadap kemampuan untuk memahami, mengimplementasikan, serta mengaplikasikan pengajaran
sejalan dengan tuntutan kurikulum karena keterbatas informasi dan pelatihan yang mereka peroleh.
Komputer mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) yang mencakup tutor, tutee dan tools dalam implementasi dan aplikasi
bidang ilmu lain maupun dalam pengembangan IPTEK itu sendiri. Hal ini dipertegas oleh BJ
Habibie bahwa dewasa ini tidak ada satu disiplin ilmu pengetahuan yang tidak menggunakan cara
berfikir analitis, matematis, dan numerik (Baisoetii, 1998). Kenyataan ini menunjukan bahwa peran
komputer akan menjadi keharusan yang tidak bisa ditawar, terutama dalam penataan kemampuan
berfikir, bernalar dan pengambilan keputusan dalam era persaingan yang sangat kompetitif.
Salah satu kompetensi proses belajar mengajar bagi seorang pengajar adalah keterampilan
mengajak dan membangkitkan mahasiswa berpikir kritis. Kemampuan itu didukung oleh
kemampuan pengajar dalam menggunakan media ajar. (Daniel, Jos,1986).
Peranan pengajar sebagai motivator penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan
dalam pengembangan kegiatan belajar mahasiswa, pengajar harus dapat meransang dan
memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi mahasiswa,
menumbuhkan aktivitas dan kereativitas sehingga terjadi dinamika di dalam proses belajar
mengajar (Slameto,1988)
C. Strategi Pengembangan “Computer Aided Instruction”
Dalam makalah ” e-Learning di Indonesia dan prospeknya dimasa mendatang”, Soekartawi
menyatakan bahwa dalam banyak hal, suksesnya program e-learning sangat tergantung dari
penilaian apakah : (a) e-learning itu sudah menjadi suatu kebutuhan; (b) Tersedianya infrastruktur
pendukungnya; (c) Tersedianya fasilitas jaringan Internet; (d) Perangkat lunak pembelajaran; (e)
Kemampuan dan keterampilan orang mengoperasikannya; (f) Kebijakan yang mendukung
pelaksanaan program e-learning tersebut (Soekartawi, 2003).
Dalam mendukung sistem e-education, dalam makalah “ Kajian terhadap Model e-Media
dalam Pembangunan Sistem e-Education”, Oetomo dan Priyogoutomo mecoba untuk melakukan
penelitian berkaitan dengan e-media yang sering digunakan, yang paling favorit serta yang menjadi
harapan dan disukai oleh peserta didik dalam usahanya untuk mengembangan wawasan dan
pengetahuannya, maka hasil yang diperoleh media-media tersebut antara lain : kaset (program
pengajaran), CD MP3, VCD dan Internet (Oetoma dan Priyogutomo, 2004)
Dengan melakukan survey kepada peserta didik akan dapat diketahui media yang tapat
digunakan untuk meningkatkan kualitas proses balajar mengajar, baik yang berlangsung di kelas,
maupun dirumah masing-masing peserta didik.
D. Model e-Media
e-Media adalah singkatan dari electronic media, artinya media yang berbasikan pada
peralatan elektronik. e-Media berkembang sangat variatif, seiring dengan perkembangan mediamedia
elektronik, seperti e-media konvensional berupa kaset rekaman pengajaran dan program TV
pendidikan, e-media berbasis komputer terdiri dari CD, CD MP3, VDC dan DVD, serta e-media
berbasis internet seperti e-news, e-Journal, e-Book, e-Consultant, Chatting, Newsgroup dan lain
sebagainya (Oetoma dan Priyogutomo,2004)
Salah satu faktor keberhasilan proses komunikasi adalah penggunaan media. Peluang ini
ditangkap dan dilihat oleh para ahli untuk mengembangkan bentuk-bentuk e-media, yang bertujuan
untuk memberi alternatif model pendidikan yang tidak terikat oleh tempat dan waktu.
E. Pengajaran Berbantuan Komputer
Dengan berkembangnya teknologi e-media, sebagai media pendiddikan, maka sarana dan
prasarana untuk pemanfaatannya juga berkembang, salah satu sarana tersebut adalah komputer.
Pengajaran berbatuan komputer merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh para ahli sejak
beberapa dekade yang lalu, karena dengan batuan komputer ini proses pengajaran berjalan lebih
interaktif dan membantu terwujudnya pembelajaran yang mandiri.
Dengan perkembangan teknologi komputer ini, maka metoda pendidikan juga berkembang,
sehingga proses pengajaran berbantuan komputer ini maju terus menuju kesempurnaannya, namun
secara garis besarnya, dapat dikatergorikan menjadi dua, yaitu
1. Computer-based Training (CBT)
CBT merupakan proses pendidikan berbasiskan komputer, dengan memanfaatkan media CDROM
dan disk-based sebagai media pendidikan (Horton, 2000). Dengan memanfaatkan media
ini, sebuah CD ROM bisa terdiri dari video klip, animasi, grafik, suara, multimedia dan
program aplikasi yang akan digunakan oleh peserta didik dalam pendidikannya.
Dengan CBT, proses pendidikan melalui classroom tetap dapat terlaksana, sehingga interaksi
dalam proses pendidikan dapat terus berlangsung, yang dibantu oleh kemandirian peserta didik
dalam memanfaatkan CBT.
2. Web-based training (WBT)
Web-based training (WBT) sering juga diidentikkan dengan e-learning, dalam metoda ini
selain menggunakan komputer sebagai sarana pendidikan, juga memanfaatkan jaringan
Internet, sehingga seorang yang akan belajar bisa mengakses materi pelajarannya dimanapun
dan kapanpun, selagi terhubung dengan jaringan Internet (Rossett, 2002).
F. Pengorganisasian Materi Ajar
Dalam pengorganisasian materi ajar, ada beberapa metoda yang digunakan, antara lain yang
populer digunakan (Horton, 2000) :
a. Classic Tutorial
Dalam classic tutorial seorang peserta didik memulai sebuah materi ajar dari pengenalan
materi, kemudian melalui beberapa tahap proses samapi ke tingkat mahir konsep dan
keahlian.
b. Knowledge-paced tutorial
Pada sistem ini peserta ajar diajak untuk mempersiapkan materi ajar terlebih dahulu,
kemudian dilakukan tes awal pada setiap topik materi, yang mana tiap tes merupakan
peningkatan materi tes sebelumnya.
c. Exploratiry Tutorial
Dalam metoda ini, setelah menerima introduction, selanjutnya learner dapat mengakses
halaman depan ekplorasi materi ajar. Dari sini dapat dilakukan pengkasesan linkeddocument,
basis data ataupun knowledge space.
d. Generated Lesson
Model generated lesson, merupakan metoda materi ajar yang tergantung pada kemampuan
peserta ajar dalam menjawab tes dan kuisioner, pada awal materi yang akan menetukan
materi apa yang akan diterima selanjutnya. Metoda ini lebih dikenal dengan sebutan
individual learner, karena setiap peserta akan memperoleh urutan materi yang berbeda,
tergantung dari hasil tes awal yang dilakukan.
G. Impelementasi E-Learning
Keberhasilan pemanfaatan E-Learning environment yang terintegrasi tidak lepas dari
berbagai aspek seperti tools teknologi informasi yang digunakan, desain content, metode serta
perilaku belajar-mengajar mahasiswa maupun dosen dan lain-lain.
Persoalan utama yang sering dihadapi oleh setiap universitas pada saat akan
mengembangkan e-Learning adalah keterbatasan Bandwidth serta biaya operasional yang sangat
tinggi, sehingga sampai hari ini hanya beberapa universitas besar saja di dunia yang mampu
mengimpemntasikannya secara maksimal, seperti kerjasama e-leraning antara MIT dengan
Singapore National University dalam program Twin Graduate mereka, dengan teknologi
Teleconference. Barangkali kita masih ingat pada saat Presiden RI menyelenggarakan Sidang
Kabinet dengan teknologi Teleconference, menghabiskan biaya ratusan juta Rupiah, bagaimana
jika teknologi ini dimpelemtasikan dalam e-learning?
Infrastruktur yang mendukung di dalam kampus sendiri juga harus memadai, karena
kebutuhan bandwith yang besar, dengan kecepatan transfer data yang tinggi, jelas menuntut
ketersediaan infrastruktur yang reliabel (High Speed Networking).
Beberapa infrastruktur yang harus tersedia dalam membangun e-learning system antara lain
:
1. Infrastruktur untuk konversi data video analog ke video digital
Infrastruktur ini digunakan untuk proses akuisisi data video untuk di multicasting-kan ke
dalam jaringan
2. Infrastruktur sistem untuk impelementasi buffer display
Perangkat inii dibutuhkan pada saat data video disalurkan melalui jaringan, maka
kemmungkina munculnya lossless data kan besar, maka untuk memperbaiki lossless
tersebut dibuthkan perangkat tambahan, untuk meminimalisai efek latensi dan jitter pada
saat data ditransmisikan.
3. Pola pengiriman data video, karena pola ini menetukan dukungan infrastruktur yang harus
digunakan. Dalam pola aliran data video ini, dapat digunakan tiga metoda, antara lain :
a. Pola Point to Multipoint Bidirectional Application
Pola point to Multipoint Bidirectional Application digunakan untuk mendukung
proses pembelajaran real-time jarak jauh dengan memanfaatkan bandwidth
teleconference, dimana setiap client mempunyai peranan yang sama. Dalam hal ini
terjadi interaksi secara langsung antara pengajar deengan mahasiswa, dan
komunikasi data video berlangsung dalam dua arah (bidirectional)
b. Pola Point to Multipoint Unidirectional Application
Pola point to Multipoint unidirectional application dimafaatkan untuk proses
pembelajaran yang tidak mengundang interkasi langsung antara dosen dengan
mahasiswa, dalam hal ini aliran data video berjalan satu arah saja (unidirectional).
Pada Implementasinya data video yang telah didigitalisasi disimpan di dalam sebuah
server, yang kemudian akan didistribusikan pada jaringan pada saat perkuliahan akan
dilaksanakan, dan mahasiswa dapat mengakses data ini melalui desktop masingmasing.
c. Pola Point to Point Unidorectional Apllication
Pola ini adalah pola yang sering digunakan dalam proses pembelajaran jarak jauh
(distance learning), dimana komunikasi data video dilakukan secara point ot point
dari server ke client, kemudian dari client ini di displaykan kepada mahasiswa yang
ditempatkan dalam satu ruangan presentasi video. Dalam hal ini perkuliahan
berlangsung secara pasif, tanpa adanya interaksi langsung antara mahasiswa dengan
dosennya.
Di Indonesia, e-learning yang berkembang baru hanya sebatas transfer ”e-learning
content”, sehingga komunikasi berlangsung satu arah, dimana mahasiswa dapat mendownload
materi kuliah melalui situs masing-masing universitas, karena masih tingginya biaya operasional
untuk aplikasi komunikasi data video.